Kisah Inspiratif Guru yang Mengikuti Pelatihan di Luar Negeri 2019
Kisah Inspiratif Guru yang Mengikuti Pelatihan di Luar Negeri 2019 |
Diantara peserta pelatihan, Ikhwansyah yang merupakan Guru TIK asal SMA Negeri 1
Padang mengatakan, ia dan 20 rekannya mendapat materi Vocational Teacher
Training On Coding Skill di Amity University, Noida, India.
“Yang
kami dapatkan banyak sekali, terutama di bidang IT yang sangat pesat di India.
Kami melihat kenapa mereka bisa maju, adalah prinsip-prinsip TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi) ini memang sebuah kebutuhan yang sangat perlu
ditanamkan semenjak usia dini kepada anak di sekolah, mulai dari SD, SMP, SMA,”
ucapnya.
“Para
siswa sudah diberikan materi dasar coding atau bahasa pemrograman dimana dengan
pemahaman coding nantinya siswa akan lebih mudah untuk menjadi seorang ahli di
bidang IT terutama programmer,” tambah Ikhwansyah di sela acara Menyambut
Pulangnya 1.000 Guru di Hotel Millenium Jakarta, Senin (25/3/2019).
Dia
menambahkan bahwa pada dasarnya mereka membuat sebuah coding sehingga nanti
mereka bisa membuat aplikasi yang mereka butuhkan dan berharap Indonesia bisa
seperti India sebagai penghasil software yang berguna.
“Karena
perusahaan yang kami kunjungi (di India), mereka sudah bisa sebagai penghasil
software dan itu digunakan di negara lain seperti Amerika. Sementara di
Indonesia hanya sebagai user atau pengguna saja. Dan yang kedua dari segi
bahasa, mereka sudah biasa belajar bahasa Inggris sejak kecil atau Paud,” ucap
Ikhwansyah.
Ia
pun akan membagikan ilmu yang ia dapatkan di sekolah. Akan membagikan ilmunya di sekolah yaitu menerapkan apa yang sudah saya dapatkan d India
terkait IT ini. Minimal di sekolah tempat yang saya ajarkan, nanti baru kita
imbaskan ke teman-teman melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik kota
maupun provinsi,” tuturnya.
Ikhwan
berharap agar nantinya anak didiknya bisa disiapkan untuk mampu bersaing di
dalam perkembangan teknologi. Sebab jika sudah tertinggal,nantinya Indonesia
hanya sebagai user atau pengguna saja.
Selain
Ikhwansyah, ada juga Guru Ekonomi SMA Negeri 2 Boyolali, Ismawanto yang
mendapat pelatihan di The University Of Queensland Australia. Menurutnya
lingkungan dan kehidupan di sana tertata rapi. Kemudian tertib serta memiliki
kedisiplinan yang luar biasa.
Bahkan
tidak ada yang menggunakan gadget saat belajar, dan juga sangat menghormati
orang lain baik di luar lingkungan sekolah maupun di dalam sekolah. Dari sisi
pendidikan juga sudah tertata kebijakan-kebijakannya sehingga guru, kepala
sekolah, TU, dan siswa mengusung pendidikan yang sangat tinggi.
Tiap sekolah ada kebebasan untuk kebijakan masing-masing, tetapi komitmen untuk sukses itu sangat tinggi dalam sistem pendidikan. Sisi pembelajaran sangat aktif dan antusias baik guru dengan siswa. Ketika siswa ada masalah langsung ditangani di sana karena ada yang namanya support teacher. Jadi ada dua guru, satu sebagai pendamping untuk mengatasi siswa yang barangkali ada kesulitan,” ujar Ismawanto.
Dia
menambahkan bahwa sarana dan prasarana Australia sangat lengkap. Semuanya sudah
menggunakan peralatan canggih sehingga sangat mendukung sekali di era revolusi
industri 4.0. Sedangkan di luar belajar mengajar juga ada pengembangan bakat
siswa sesuai minatnya masing-masing. Misalnya ada siswa yang suka seni, ternak,
pertanian, dan lain-lain, maka akan diarahkan oleh guru pembimbingnya.
Berdasarkan
hal ini, Ismawanto berharap agar mindset guru perlu ditingkatkan lagi bahkan
diubah agar lebih baik untuk ke depannya. Ia pun akan berusaha
mengimplementasikan ilmu yang sudah dia dapat.
“Hanya
komitmennya saja yang harus dikembangkan dan dimantapkan lagi supaya semua guru
itu berkomitmen terhadap proses pembelajaran. Apalagi kita semua kan sudah
dapat sertifikasi, itu kan bisa dijadikan motivasi peningkatan proses
pembelajaran di kelas, supaya ke depannya anak-anak dapat lebih maju,” katanya.
Sementara
Guru Kimia SMA Negeri 6 Padang, Vivi Wirni mendapat pelatihan di China dengan
tema kegiatan STEM ICT, STEM (science, technology, engineering and mathematics)
Information Communication Technology (ICT) yang berlokasi di Jiangsu Normal
University.
Di
China, Vivi menerima materi tentang bagaimana mengajar matematika, fisika, dan
biologi yang tidak monoton. “Di sana seperti lomba saja, presentasi di hadapan
profesor dengan menampilkan video. Ketika saya sedang mengajar di dalam kelas,
di situ kita sembari dinilai. Dan alhamdulillah saya dapat apresiasi The
Best-nya,” kata Vivi.
Vivi
berharap agar pola pengajaran guru diubah alias tidak hanya menerangkan saja,
tetapi sambil bertanya kepada siswa. Bahkan memberikan soal dengan hitungan
waktu cepat agar siswa tersebut antusias jika mengerjakan soal dengan waktu.
“Dan jangan pernah menyalahkan siswa yang tidak pernah baca dan lain-lain, tapi
lihat dulu gurunya apakah dia sudah membaca? Jadi ubahlah dulu mindset-nya,”
ucapnya.
Salah satunya saya mengajarkan dengan memutar video, buktinya mereka enjoy sambil
bernyanyi sebelum belajar. Penggabungan seperti itu ternyata sudah termasuk
STEM ICT. Pelajarannya kimia tapi ada seninya jadi mereka gak bosan,”
tambahnya.
Selain
itu ketika siswa lagi mengerjakan soal, guru tidak boleh pelit memberi reward.
Reward itu bisa memberi siswa pulpen.
Selain
itu tidak boleh membeda-bedakan siswa, tetapi semuanya harus diperlakukan sama.
“Seperti bikin kelompok campuran antara siswa yang pintar dengan siswa yang
kurang. Jadi belajar untuk sportif dan tidak untuk egois lagi. Hal seperti itu
sebagai contoh metode pembelajaran dengan teman sebaya,” pungkasnya.
Lebih
lanjut, pengiriman 1.000 guru ke luar negeri bertunjuan menambah pengalaman
tenaga didik dalam sistem pembelajaran di era revolusi industri 4.0.
Kemendikbud menyebar 1.000 guru untuk pelatihan di 12 negara, yakni ke China,
India, Korea Selatan, Finlandia, Australia, Jerman, Jepang, Prancis, Singapura,
Tiongkok, Hong Kong, dan Belanda.
Sumber
0 Response to "Kisah Inspiratif Guru yang Mengikuti Pelatihan di Luar Negeri 2019"
Post a Comment